Edisi 1 | Oktober Tahun 2022
Objek berdimensi tiga adalah suatu objek yang memiliki ruang. Kemudian bangun ruang merupakan bangun tiga dimensi yang memiliki komponen sisi, rusuk, dan titik sudut. Selain itu, bangun ruang memiliki isi atau disebut juga dengan volume. Setidaknya terdapat dua jenis bangun ruang yaitu bangun ruang sisi datar dan sisi lengkung. Dimana topik ini merupakan salah satu materi yang dipelajari pada tingkat sekolah dasar maupun menengah.
Materi bangun ruang tiga dimensi merupakan salah satu topik yang sulit untuk difahami oleh siswa. Secara garis besar kesulitan ini disebabkan oleh tiga aspek, yaitu: (1) materi ini sangat abstrak, (2) materi sulit untuk dibayangkan, (3) sebagian kecil siswa merasa kesulitasn dalam melakukan perhitungan atau melakukan proses aljabar.
Untuk mengetahui informasi kesulitan mereka secara detail dan mendalam, dilakukan analisis jawaban mereka terhadap soal berikut.
Setelah menggali informasi hasil jawaban para siswa, ditemukan beberapa miskonsepsi. Dimana sebagian besar mereka menyatakan bahwa sisi-sisi yang membentuk kubus ABCD EFGH tersebut adalah jajaran genjang. Misalnya mereka membayangkan bahwa alas kubus ABCD, sisi EFGH merupakan bangun datar jajar genjang seperti gambar berikut.
Selain itu, mereka mengira bahwa sisi ADHE dan sisi BCGF pada kubus tersebut merupakan sisi datar berbentuk jajaran genjang seperti gambar berikut.
Berdasarkan jawaban ini dapat dinyatakan bahwa mereka belum mampu membayangkan dengan tepat jenis bangun datar yang menyusun kubus tersebut.
Selain itu, berdasarkan analisis jawaban siswa terhadap pertanyaan b dan c. Sebagain besar mereka membayangkan bahwa sisi CFH merupakan bangun datar segitiga sama kaki, seperti yang ditunjukkan seperti gambar berikut.
Selanjutnya mereka menyatakan bahwa jarak terpendek garis FH terhadap titik C adalah jarak OC.
Berdasarkan beberapa miskonsepsi diatas, dapat dinyatakan siswa kesulitan dalam membayangkan, membandingkan, menduga, menentukan, mengkontruksi dan menemukan informasi dari stimulus visual dalam konteks bangun ruang sisi datar atau dapat dinyatakan bahwa kemampuan spatial mereka masih dalam kategori kurang baik. Sebagaimana yang dinyatakan Piaget bahwa kemampuan spatial merupakan konsep abstrak yang terdiri dari: (1) hubungan spatial atau kemampuan untuk mengamati hubungan posisi objek dalam ruang, (2) kerangka acuan atau tanda yang dipakai sebagai acuan untuk menentukan posisi objek dalam ruang, (3) hubungan proyektif atau kemampuan melihat objek dari berbagai sudut pandang, (4) konversi jarak atau kemampuan untuk memperkirakan jarak antara titik satu dengan yang lain, (5) representasi spatial atau kemampuan untuk merepresentasikan hubungan spatial dengan memanipulasi secara kognitif, dan (6) rotasi mental, artinya kemampuan memandang suatu objek setelah dilakukan proses rotasi.
Berdasarkan hasil analisis jawaban siswa diatas, dapat diketahui bahwa mereka mengalami beberapa kesulitan dalam belajar, seperti: (1) menentukan kedudukan titik C terhadap komponen garis FH pada bangun ruang, (2) miskonsepsi dalam mengidentifikasi gambar geometri, (3) kesalahan dalam membayangkan sisi-sisi yang membangun suatu bangun ruang, (4) mengkontruksi model geometri yang digambar pada bidang datar, misalnya mereka belum dapat mengkontruksi elemen-elemen kubus dengan tepat dan (5) proses investigasi suatu objek geometri secara umum. Dengan demikian, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana disain pembelajaran yang dapat diterapkan dan media yang diperlukan dalam proses belajar untuk meningkatkan pemahaan konsep atau kemampuan spatial mereka dalam konteks bangun ruang?
Berpijak pada pendapat Meyer & Moreno yang menyatakan bahwa pemanfaatan multimedia dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan menciptakan proses belajar menjadi lebih bermakna. Hal ini sejalan dengan pendapat Budi H Siregar dimana dengan memanfaatkan multimedia dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman konsep, mengurangi beban kognitif siswa dan menciptakan proses belajar menjadi lebih nyata dan bermakna. Artinya, siswa memiliki pemahaman yang mendalam terhadapa materi atau konsep dan proses pengaturan mental yang dikaitkan secara masuk akal dengan struktur kognitif dan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada. Pembelajaran bermakna menggambarkan kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan yang sudah diketahui pada situasi dan kondisi yang nyata, baru dan berbeda (Mayer dan Moreno, 2003). Sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar diatas memperlihatkan terjadinya interaksi antara proses kognitif dan multimedia yang digunakan selama pembelajaran. Setidaknya terdapat tiga hal yang dapat disimpulkan, yaitu: (1) terdapat saluran indra penglihatan dan pendengaran yang digunakan untuk menerima informasi, (2) dua saluran ini memiliki kapasitas yang terbatas untuk menerima informasi, (3) pada saat pembelajaran diperlukan proses kognitif pada dua saluran visual dan auditorial. Dengan demikian, untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi bangun ruang perlu memperhatikan prinsip-prinsip pada teori pembelajaran kognitif Multimedia ini.
Selanjutnya, untuk mengatasi kesalahan siswa dalam membayangkan jenis bangun datar apa pada sisi-sisi bangun ruang kubus ABCD-EFGH guru dapat menggunakan alat peraga dan multimedia. Untuk membelajarkan siswa pada materi ini, guru dapat memperhatikan dan menerapkan alur belajar berikut ini:
- Guru memberikan beberapa benda nyata seperti kotak kapur atau kotak kubus. Selanjutnya, siswa diajak untuk menggunakan dua saluran indra untuk mengidentifikasi dan mengelola informasi yang ada pada benda tersebut.
- Agar pemahaman siswa lebih bermakna dan mendalam, siswa perlu menggunakan alat peraga nyata berupa kerangka benda tiga dimensi. Kemudian siswa diajak untuk mengamati dan mengidentifikasi komponen dan sifat-sifat objek tersebut. Tahap ini bertujuan untuk menjembatani pemahaman kepada hal yang lebih abstrak dan deduktif.
- Untuk menjembatani kepada pemahaman yang lebih abstrak, siswa diminta untuk mengamati dan menganalisis kubus yang ditunjukkan melalui objek abstrak berupa animasi pada geogebra.
Siswa diminta untuk memutar dan mensimulasi objek abstrak kubus tersebut. Dengan demikian, terjadi kontruksi pemahaman baru melaui proses mengolah informasi melalui dua saluran.
Dengan membelajarkan siswa melalui alur tersebut, maka guru telah membantu siswa untuk mengkontruksi pengetahuan baru dengan cara menjembatani dari hal yang nyata terhadap yang abstrak. Dengan proses tersebut, mereka akan menggunakan dua saluran visual dan auditori secara optimal untuk mengolah informasi secara bermakna. Dengan demikian siswa akan mampu mengatasi kesulitan mereka dalam belajar materi bangun ruang tiga dimensi. Dimana meraka kan mampu memandang bahwa sisi-sisi dari bangun ruang kubus adalah berbentuk persegi. Selain itu, mereka dapat membayangkan dan menyimpulkan bahwa sisi CFH merupakan bangun datar berbentuk segitiga siku-siku dan jarak terpendek garis FH terhadap titik C adalah jarak jarak titik F ketitik C.
DAFTAR PUSTAKA
Mayer, R. E. (2014). Cognitive Theory of Multimedia Learning. In R. E. Mayer (Ed.), Cambridge Handbook of Multimedia Learning (2nd ed., pp. 43-71). Cambridge University Press.
Mayer, R. E., Bove, W., Bryman, A., Mars, R., & Tapangco, L. (1996). When Less Is More: Meaningful Learning from Visual and Verbal Summaries of Science Textbook Lessons. Journal of Educational Psychology, 88(1), 64-73. https://doi.org/10.1037/0022-0663.88.1.64
Mayer, R. E., & Estrella, G. (2014). Benefits of Emotional Design in Multimedia Instruction. Learning and Instruction, 33, 12-18. https://doi.org/10.1016/j.learninstruc.2014.02.004
Mayer, R. E., Steinhoff, K., Bower, G., & Mars, R. (1995). Generative Theory of Textbook Design: Using Annotated Illustrations to Foster Meaningful Learning of Science Text. Educational Technology Research and Development, 43(1) (1995), 31-43. https://doi.org/10.1007/BF02300480
Mayer R.E., & Moreno R., (2003). Nine Ways to Reduce Cognitive Load in Multimedia Learning. Educational Psychologist, 38(1):43–52. doi: 10.1207/S15326985EP3801_6
Mayer, R. E. (2003). Elements of A Science of E-Learning. Journal of Educational Computing Research, 29(3), 297-313.
Siregar, B. H., Kairuddin, Siregar, N., Fudholi, A. (2019). Enhancing the Prospective Teachers’ Higher Order Thinking Skills in Solving Pedagogical Problems. International Journal of Innovative Technology and Exploring Engineering (IJITEE). ISSN: 2278-3075, Volume-8 Issue-12, October 2019
Siregar B., H., Kairuddin, Mansyur, A. Siregar, N. (2021). Development of Digital Book in Enhancing Students’ Higher-Order Thinking Skill. Journal of Physics: Conference Series, 1819 012046.
Siregar, B.H., Mansyur, A., Rangkuti, S. L D., Rahmadhani, F. (2021). Best Practice: Pengembangan Media dan Bahan Ajar Digital Interaktif Berbasis Multimedia. Medan: FMIPA Universitas Negeri Medan.
Siregar B., H., Kairuddin, Mansyur, A. (2021) Developing Interactive Electronic Book Based on TPACK to Increase Creative Thinking Skill. Al- Ishlah: Jurnal Pendidikan, December 2021, vol. 13 (3), Pages 2831-2841
Luar biasa analisisnya. Tambah gambarnya dong Admin