Buku cerita gambar sebagai media pembelajaran, Bahan bacaan merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang keterlaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia. Semakin bagus bahan bacaannya maka semakin bagus pula pemahaman siswa terhadap materi. Variasi dalam penyajian media bacaan juga mempengaruhi keterkaitan siswa untuk membaca. Dengan itu penambahan media berupa buku cerita gambar akan menambah pandangan dan ketertarikan siswa dalam pembelajaran. Cerita gambar menurut Sudjana dan Rivai (2002:27) mengomunikasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan secara kuat dan jelas melalui pengungkapan dan kata kata bergambar.
Media buku cerita gambar lebih banyak dipakai pada anak SD kelas 1 – 3 di banding kelas 4 – 6, karena pada siswa kelas rendah masih suka dengan buku yang banyak gambar dan warna warna. Di dalam buku yang diberikan berisikan cerita cerita singkat, dan cerita yang disukai anak kelas rendah 1 – 3 berupa cerita tentang hewan , tubuhan seperti bunga. Dengan penggunaan media tersebut dapat membuat siswa menjadi suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia serta tidak membuat siswa bosan saat belajar dan juga melatih membaca siswa sehingga dapat membuat siswa kelas rendah menjadi lancer membaca dan mengasah rasa ingin tahu siswa,membantu siswa mengekspresikan dirinya.
Media cerita gambar berfungsi untuk meningkatkan imajinatif siswa seperti yang dikatakan oleh Sheu Hsiu-Chih (dalam Faiza, 2009), fungsi gambar dalam cerita setidaknya memiliki dua fungsi, yakni (1) memberikan pemahaman yang menyeluruh/lengkap dan (2) memberikan rangsangan imajinasi. Pada tingkatannya media buku cerita gambar , ceritanya diberikan pada umumnya cerita jenaka, sederhana, dan imajinatif. Karena taraf berfikir anak kelas 1 – 3 masih dalam taraf praoperasional. Karena pada taraf ini siswa kelas rendah belum bisa berfikir yang abstrak dan melogikakan sesuatu.
Jika kita lihat Pada kelas tinggi 4 – 6 penggunaan media buku cerita gambar sebagai bahan bacaan hanya 65% karena pada siswa kelas tinggi sudah mampu melogikakan sesuatu serta udah mampu berfikir abstrak maka dari itu siswa kelas tinggi lebih suka cerita yang berkaitan dengan keseharian atau mencari pengalaman pengalaman yang pernah dialami oleh siswa tersebut, dan cerita yang disajikan jugalebih kompleks dan jelas.
Hurlock menyatakan didalam (Faiza,2009) bahwa anak anak usia sekolah suka cerita gambar karena hal berikut:
- anak memperoleh kesempatan yang baik untuk mendapat wawasan mengenal masalah pribadi dan sosialnya. Untuk membantu memecahkan masalahnya,
- cerita bergambar menarik imajinasi anak dan rasa ingin tahu tentang masalah supranatural,
- cerita bergambar memberi anak pelarian sementara hiruk pikuk hidup sehari-hari,
- cerita bergambar mudah dibaca, bahkan anak yang kurang mampu membaca dapat memahami arti dari gambarnya,
- cerita bergambar tidak mahal dan juga ditayangkan di televisi sehingga semua anak mengenalnya,
- cerita bergmbar mendorong anak untuk membaca yang tidak banyak diberikan buku lain,
- cerita bergambar memberi sesuatu yang diharapkan (bila berbentuk serial),
- dalam cerita bergambar tokoh sering melakukan atau mengatakan hal-hal yang tidak berani dilakukan sendiri oleh anak-anak, walaupun mereka ingin melakukannya,
- tokoh dalam ceritanya sering dibuat kuat, berani, dan berwajah tampan, sehingga menjadi tokoh pahlawan bagi anak untuk mengidentifikasikannya,
- gambar dalam cerita bergambar berwarna-warni dan cukup sederhana untuk dimengerti anak-anak.
media buku cerita bergambar ini sanganlah cocok untuk diterapkan kepada siswa SD untuk meningkatkan minat baca serta tidak bosan dalam belajar. Pemanfaatan media buku cerita gambar ini dapat menambambah kebermaknaan pemebelajaran dan juga dijadikan referensi dalam pembelajaran seperti yang dikatakan oleh Darvis (1997:1) bahwa cerita bergambar sebagai alat pembelajaran sangat menarik digunakan karena ceritanya bergambar : (a) built in desire to learn through comics, (b) easy accessibility in daily newspaper and bookstand, (c) the novel and ingenious way in which this authentic medium depicts real-life language and very facet of people and society”; and, (d) the variety of visual and linguistic element and codes tahet appeal to student with different learning style. Pernyataan tersebut bermakna bahwa cerita bergambar digunakan untuk mendorong semngat belajar siswa, mudah ditemukan di Koran ataupun di toko buku, berisi tentang kehidupan sehari hari serta memberikan gaya belajar yang berfariasi.