Oleh: Yumira Simamora-UNIVA
Edisi 1 | Nomor 1 Tahun 2022
hal:
Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari pada tiap jenjang pendidikan, bahkan kegiatan pra-matematika pada anak usia dini pun dianggap penting. Kegiatan pramatematika juga merupakan pondasi anak belajar matematika pada tahap selanjutnya. Pra-matematika merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pola-pola, urutan, pengklasifikasian, ukuran, konsep, bilangan, korespondensi satu-satu, dan konsep bentuk geometri (Lasuka, et al., 2018). Dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 60 Tahun 2013, anak usia dini adalah bayi yang baru lahir hingga anak-anak yang belum genap berusia 6 tahun. Kegiatan pra-matematika pada anak usia dini dirancang semenarik mungkin guna memantik rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu merupakan titik awal dari pengetahuan yang dimiliki oleh manusia (Ningrum, et al., 2019). Kegiatan pra-matematika di antaranya seperti dengan kegiatan meronce, mewarnai, mengelompokkan benda – benda yang memiliki bentuk yang sama, bahkan dapat pula melatih pra-matematika dengan bermain di alam terbuka. Kegiatan – kegiatan tersebut dapat melatih motorik halus dan motorik kasar pada anak, yang merupakan kebutuhan guna mengoptimalkan perkembangan anak itu sendiri.
Lalu bagaimana dengan belajar matematika pada anak jenjang lebih tinggi? Mengapa belajar matematika pada tingkat sekolah formal biasanya diisi dengan melakukan perhitungan, menulis di buku, serta berpikir dengan duduk diam di bangku? Tentu hal ini tidak mutlak salah, namun jika terus menerus seperti ini, muncul pertanyaan, apakah anak – anak pada usia tersebut tidak lagi membutuhkan kegiatan yang lebih menyenangkan? Apakah belajar matematika tidak dapat melalui kegiatan yang asyik? Siswa yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang relatif sulit dan membentuk kesan dan pengalaman secara negatif terhadap matematika umumnya berdampak buruk baik bagi motivasi belajar matematika maupun penyesuaian akademik di sekolah (Siregar, 2017).
Untuk membuat kegiatan bermatematika lebih dekat dan mudah dipahami peserta didik, guru dapat memilih menggunakan media pembelajaran atau alat peraga yang representatif. Selain itu, guru dapat pula mencoba kegiatan menyenangkan lainnya guna memecah kebosanan, seperti kegiatan pra-matematika yang biasa anak usia dini lakukan yakni ‘terjun ke lapangan’. Peserta didik dapat belajar matematika di alam terbuka atau di luar kelas lewat kegiatan jelajah sekitar.
Full Artikel