Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang biasanya kurang diminati oleh sebagian siswa. Padahal faktanya dengan belajar matematika dapat memberikan dampak positif dalam mewujudkan masyarakat yang cerdas dan bermartabat dengan mulai bersikap secara kritis dan logis. Kita ketahui kebanyakan siswa menganggap pelajaran matematika itu pelajaran yang sulit. Bahkan siswa juga jarang mengaitkan pelajaran matematika dengan kehidupan sehari-hari terkhusus pada materi system koordinat.
Permasalahan yang pernah penulis alami yaitu siswa pasif saat mendengarkan ceramah gurunya dalam menyampaikan materi system koordinat sehingga siswa lebih merasa bosan dan mengantuk. Kebanyakan dampak negative dari siswa yang bosan belajar matematika terkhusus sistem koordinat hanya berfokus pada gurunya dan buku saja. Siswa juga kurang termotivasi dalam belajar dan masih belum belajar secara aktif setiap individu. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi siswa kelas VI SDS Tunas Harapan dibutuhkan model pembelajaran yang dapat membuat siswa tertarik mengikuti pembelajaran materi sistem koordinat.
Penulis berusaha untuk melaksanakan pembelajaran materi sistem koordinat di kelas VI SDS Tunas Harapan pada kompetensi dasar (KD) bertujuan agar pembelajaran yang dilakukan efektif,yaitu “menggunakan koordinat cartesius dalam menjelaskan posisi relative benda terhadap benda tertentu.”dengan cara melibatkan siswa secara aktif. Dengan begitu, maka proses pembelajaran lebih terasa menyenangkan bila terciptanya suasana belajar yang dapat mengaktifkan siswa untuk belajar.
Model Pembelajaran NHT merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan yang dirancang agar semua siswa dapat lebih menguasai materi yang disampaikan dan meningkatkan kemampuan akademiknya. Siswa diminta untuk menguji dan mengukur pemahamannya terhadap materi yang disajikan.
Ada banyak model pembelajaran yang dapat digunakan untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran. Salah satunya adalah model pembelajaran Number Heads Together (NHT). Model pembelajaran ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi ide dan mempertimbangkan respon yang paling tepat. Selain meningkatkan kerjasama, model pembelajaran ini berpengaruh positif terhadap motivasi belajar sistem koordinat. Siswa mencoba memahami konsep koordinat kartesius dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan letak relatif objek dalam bentuk pertanyaan penulis. Saat ini siswa dimotivasi oleh kegiatan belajar, sehingga siswa berusaha untuk menemukan ide-ide baru terkait dengan materi sistem koordinat. Siswa dalam kelompok yang beragam berbagi pemikiran mereka tentang materi yang mereka pelajari.
Menurut Kagan dalam Nusyamsi dan Corebima (2016:50), model pembelajaran NHT secara tidak langsung melatih siswa untuk berbagi informasi, mendengarkan dengan seksama, dan berbicara dengan perhitungan, sehingga siswa menjadi lebih produktif dalam belajar.
Menurut Lestari & Yudhanegara (2015) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mengondisikan siswa untuk berpikir bersama secara berkelompok di mana masing-masing siswa diberi nomor dan memiliki kesempatan yang sama dalam menjawab permasalahan yang diajukan oleh guru melalui pemanggilan nomor secara acak.
Menurut Shoimin (2017) bahwa model pembelajaran NHT atau numbered head together adalah suatu model pembelajaran berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam satu kelompok untuk saling memberi dan menerima antara satu dengan yang lainnya.
Menurut Hosnan (2014) menjelaskan bahwa NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Muhammad Nur (Maryam, 2013: 7), “NHT sebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya”. Dalam menunjuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut.
Ibrahim, (Maryam, 2013: 8) menyatakan, “Dengan belajar kooperatif akan memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik penting lainnya serta akan memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademis”. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. Siswa akan berusaha memahami konsep-konsep atau pun memecahkan permasalahan yang disajikan oleh guru. Saat siswa termotivasi dalam kegiatan belajar maka mereka akan berusaha untuk mencari ide-ide baru dan yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Siswa dalam satu kelompok yang heterogen saling bertukar pikiran satu sama lain terhadap materi yang sedang mereka pelajari.
Ketika berbicara tentang langkah-langkah pembelajaran NHT, itu dimulai dengan penomoran. Penulis membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil. Setelah kelompok terbentuk, penulis mengajukan pertanyaan kepada masing-masing kelompok untuk dijawab. Kemudian penulis memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk menemukan jawaban. Dalam hal ini, masing-masing kelompok menyatukan pikiran mereka untuk membahas “Head Together” untuk mempertimbangkan jawaban atas pertanyaan penulis. Langkah selanjutnya, penulis setiap kelompok memanggil siswa yang memiliki nomor yang sama. Anda memiliki kesempatan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diterima oleh penulis.
Hal ini diulangi beberapa kali hingga tiba giliran semua siswa dengan nomor yang sama dari setiap kelompok untuk menjelaskan jawaban atas pertanyaan penulis. Berdasarkan tanggapan masing-masing anggota kelompok, penulis dapat mengembangkan diskusi yang lebih dalam. Hal ini memungkinkan siswa untuk menemukan jawaban atas pertanyaan sebagai informasi yang lengkap.
Penulis menyimpulkan bahwa dalam model pembelajaran NHT terjadi interaksi antar siswa melalui diskusi untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Siswa juga mendapat manfaat dari pembelajaran kolaboratif dan didorong untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok, membuat siswa tetap aktif dan suasana kelas tetap hidup.
REFERENSI
Winarto, Winarto. “Permainan Bola Kartesius Untuk Meningkatkan Pemahaman Sistem Koordinat.” Jurnal Ilmiah Didaktika Pgri 1.1 (2015): 45-51.
Herawati, Kori. “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Peajaran Matematika Materi Sistem Koordinat Melalui Pembelajaran Problem Solving Di Kelas Viii-B Smp Negeri 2 Subang.” Jpg: Jurnal Penelitian Guru Fkip Universitas Subang 2.01 (2019): 88-93.
Novia, Lely Gusliana. Pengembangan Media Pembelajaran Permainan Ular Tangga Segitiga Dan Jajargenjang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Iv Di Mi Jamiyatut Tholibin Kabupaten Blitar. Diss. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2013.
Sari, F. W., Damayanti, I. P., & Sutriyani, W. (2022). Peran Guru Dalam Menerapkan Model Kooperatif Learning Tipe Nht (Numbered Head Together) Di Sekolah Dasar. Jurnal Humaniora Dan Ilmu Pendidikan, 2(1), 13-23.
Puspaningrum, D. I., Wijayanto, M. N., & Setiawaty, R. (2022, August). Model Nht Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar (Literature Review). In Seminar Nasional Lppm Ummat (Vol. 1, Pp. 183-200).
Desvianti, D., Desyandri, D., & Darmansyah, D. (2020). Peningkatan Proses Pembelajaran Pkn Dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (Nht) Di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 4(4), 1201-1211.
Haryanti, A.D. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Penjumlahan Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Nht Pada Siswa Kelas Iv Sdn 01 Kalibatur Tulungagung. Diperoleh 6 Desember 2011, Dari Http://Digilib.Unesa.Org/Index.Php?Co M=