UU Sistem Pendidikan Nasional No. 12 tahun 2012 mendefinisikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut UU ini, salah satu tujuan pendidikan adalah mengembangkan kepribadian dan akhlak mulia. Pendidikan adalah suatu proses enkulturasi, berfungsi mewariskan dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan prestasi masa lalu menjadi nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang sesuai dengan kehidupan masa kini dan masa datang (Sumarmo, 2011). Oleh karena itu, pendidikan haruslah dapat menghasilkan manusia yang berkarakter mulia.
Apakah karakter itu? Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seserang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Abdul, 2016).
Bagaimana dengan pembelajaran matematika? Dapatkah pembelajaran matematika dipadukan dengan pengembangan karakter siswa? Bagaimana caranya? Hal ini menjadi pertanyaan penting bagi kita agar pembelajaran matematika sejalan dengan tujuan pendidikan yang tertera dalam UU Sistem Pendidikan Nasional tersebut.
Penanaman pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika berimplikasi pada fungsi guru sebagai fasilitator sebaik-baiknya agar siswa dapat mempelajari matematika secara optimal (Pertiwi, 2017). Dalam pelaksanaan pembelajaran tercermin pada tiga indikator yakni: (1) melaksanakan kegiatan pembuka sesuai dengan RPP yang bermuatan nilai-nilai karakter; (2) melaksanakan kegiatan inti sesuai dengan RPP yang bermuatan nilai-nilai karakter; (3) melaksanakan kegiatan penutup sesuai dengan RPP yang bermuatan nilai-nilai karakter. Dalam penilaian hasil pembelajaran, tercermin pada jenis tagihan, teknik penilaian, dan instrumen penilaian, yakni dengan memperhatikan tiga komponen yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penanaman pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika tidak bisa terlepas dari karakteristik matematika itu sendiri. Sebagai sebuah ilmu, matematika memiliki karakteristik (Soedjadi, 2000) yakni: (1) objek kajian yang abstrak, (2) berpola pikir deduktif, (3) bertumpu pada kesepakatan, (4) memperhatikan apa yang menjadi topik pembicaraan (semesta pembicaraan), (5) memiliki simbol-simbol yang kosong arti, dan (6) konsisten dalam sistemnya. Dengan karakteristik tersebut, nilai-nilai yang dapat digunakan dalam membangun karakter melekat pada matematika itu sendiri sehingga akan digunakan bagi siswa untuk membangun karakter pribadinya. Pertama, obyek kajian matematika yang abstrak melatih seseorang agar dapat menggunakan daya pikirnya secara cerdas agar dapat merepresentasikan hal-hal yang abstrak itu. Kedua, pola pikir deduktif pada matematika melatih seseorang agar dapat mencari keputusan-keputusan yang dapat diterima secara umum. Ketiga, bertumpu pada kesepakatan melatih untuk bertanggung jawab dan dapat menerima konsekuensi dari apa yang telah disepakati. Keempat, memperhatikan semesta pembicaraan melatih seseorang agar dapat berpikir positif dalam berperilaku karena kesemestaan dapat menimbang apakah sesuatu itu bernilai baik atau buruk pada suatu tempat tertentu. Hal ini membangun karakter saling menghargai dan menjaga hak orang lain. Kelima, sifat kekonsistenan dalam matematika membuat seseorang untuk hidup taat aturan dan bertanggungjawab.
Salah satu Negara yang dikenal dengan karakter siswanya yang baik adalah Jepang. Beberapa contoh pembelajaran matematika yang membangun karakter di Jepang bisa kita jadikan contoh dalam pembelajaran untuk membangun karakter siswa melalui pembelajaran matematika. Sebuah video pada laman youtube https://www.youtube.com/watch?v=LTQTJlbL0Vc menunjukkan sebuah kelas matematika yang membahas jaring-jaring tabung menampakkan pembelajaran karakter yang dilakukan oleh guru. Pembelajaran diawali dengan mengorganisasikan siswa pada masalah yakni bagaimana jaring-jaring sebuah kubus. Guru membawa alat peraga berupa tabung dari kertas dan meminta siswa mengabstraksikan benda konkrit itu ke dalam sebuah gambar tabung dan kemudian mencari jaring-jaring tabung yang bisa dibentuk.
Siswa mulai mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Ini membangun karakter percaya diri pada siswa juga membangun rasa hormat dan menghargai orang lain bagi siswa lainnya yang tidak sedang mempresentasikan.
Selanjutnya, guru meminta siswa lainnya memberi tanggapan atas pekerjaan temannya. Ini membangun karakter menganalisis, bijaksana, serta memahami orang lain bagi siswa yang memberi tanggapan, dan karakter lapang hati, bijaksana serta menerima kesalahan bagi siswa yang hasil kerjanya sedang diberi tanggapan. Bagi keduanya, ini juga membagun rasa percaya diri.
Selanjutnya, saat para siswa mencari jaring-jaring tabung dan guru melihat bahwa jaring-jaring tabung yang ditemukan siswa masih bentuk yang paling sederhana, maka gurunya memberikan scaffolding berupa pemantik bahwa ada bentuk jaring-jaring tabung lainnya yang berbeda dari yang ditemukan siswa. Ini membentuk karakter imajinatif, menganalisis, serta kreatif dalam diri siswa.
Hasilnya sungguh luar biasa, siswanya bisa menemukan jairng-jaring tabung yang unik bagi setiap siswa. Ini membentuk karakter kreatif dan percaya diri siswa.
Dari kisah ini, beberapa hal yang dapat dikembangkan oleh guru matematika yakni dengan mengubah semesta pembicaraan dari tabung menjadi bangun ruang lainnya seperti kubus, balok, lingkaran, dan sebagainya. Oleh karena itu, penanaman karater dapat dilakukan melalui pembelajaran matematika dengan cara mengorganisasikan pembelajaran (baik itu pada tahap persiapan, tahap pelaksanaan, serta tahap penilaian) dengan baik dan benar. Mari membangun karakter bangsa dengan membangun karakter siswa kita.
Sumber Bacaan
Sumarmo, Utari. 2011. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Pembelajaran Matematika Berbasis Pendidikan Karakter. Volume 1, Tahun 2011, halaman 22 – 33.
Pertiwi, Indah. & Marsigit. 2017. Jurnal Riset Pendidikan Matematika. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika SMP di Kota Yogyakarta. Edisi 4 (Vol. 2), 2017, halaman 153-165.
Rahman, Abdul. 2016. AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika. Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika. Vol. 5, No. 3, Desember 2016.
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.